Purjono Agus Suhendro, CEO & Editor in Chief of TechnoBusiness Media; Muhammad Rizki Faisal, Assistant Manager of Spire Research and Consulting; Andhika Irawan Saputra, consultant of Spire Research and Consultant; Jeffrey Bahar, Group DeputyCEO of Spire Research and Consulting
Jeffrey Bahar, Group Deputy CEO of Spire Research and Consulting |
OVO yang digandeng Grab banyak digunakan sebagai metode
pembayaran berbagai layanan onlinedan offline, sedangkan Go-Pay lebih banyak
dimanfaatkan untuk fitur-fitur Go-Jek Go-Food memimpin industri online food delivery, sedangkan
GrabFood berusaha menyusul dengan cepat Kecurangan (fraud) menjadi isu besar dalam industri ini
karena menyebabkan kerugian besar. Berdasarkan studi yang dilakukan Spire
Indonesia, diperkirakan 30% dari order Go-Jek terindikasi fraud, sementara Grab
sekitar 5%. Hal itu diungkapkan di Jakarta pada diskusi “Health of Ride-Hailing Platforms and 2019 Outlook.”
LiputanSatu.Com Jakarta, 30 Januari 2019 - Jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai 265 juta jiwa pada 2018 berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik
tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi pebisnis, terutama di industri
transportasi. Sebab, populasi yang sangat besar itu jelas diiringi dengan angka
kebutuhan konsumsi dan mobilitas yang tinggi pula.
Itu sebabnya, industri transportasi online(ride-hailing)
tumbuh subur akhir-akhir ini. Banyak pemain bermunculan, meskipun saat inihanya
dua yang bertahan, yakni Go-Jek,start-up unicornasal Indonesiadan Grab,
perusahaan penyedia layanan ride-hailing terbesar di Asia Tenggara.
Berdasarkan hasil survei “Consumers’Awareness” yang
dilakukan Spire Research and Consulting, 75% dan 61% responden menyebutkan
bahwa Grab merupakan merek (brand) yang mereka gunakan dalam 6 dan 3 bulan
terakhir. Sementara itu, 62% dan 58% responden memilih menggunakan Go-Jek untuk
kategori yang sama dalam 6 dan 3 bulan terakhir.
Melihat data tersebut, konsumen lebih banyak menggunakan
Grab, setidaknya hingga kuartal 4/2018. Sebanyak 34% pengguna GrabCar, salah
satu layanan dari Grab, menyebutkan bahwa mereka menggunakan layanan itu
sebanyak 3-4 kali per minggu. Sementara itu, 25% pengguna Go-Car cenderung
hanya menggunakan layanan sebanyak 1-2 kali dalam seminggu.
Tumbuhnya permintaan online food deliverytak lepas dari
gencarnya promosi yang dilakukan oleh para penyedia platform pembayaran.
Merujuk pada hasil survei, rupanya OVO, aplikasi pembayaran yang digandeng
Grab, unggul dalam pembayaran onlinetooffline (O2O), seperti untuk membeli
pulsa dan pembayaran di gerai-gerai non-makanan.
Berbeda dengan OVO, Go-Pay, platform pembayaran milik
Go-Jek, lebih sering digunakan di pembayaran kedai-kedai makanan-minuman
(Go-Food) dan untuk membayar tagihan listrik melalui aplikasi Go-Jek.
Sayangnya, di tengah “gegap-gempitanya” bisnis transportasi
online, tindak kecurangan (fraud) pun terjadi. Bahkan, dalam studi yang
dilakukan Spire Research and Consulting, fraud di kalangan pengemudi (driver)
sudah menjadi rahasia umum.
Fraud menjadi isu tersendiri. Di satu sisi, fraud dapat
menyebabkan kerugian bagi penyedia platform transportasi online, di sisi lain
juga menjadi koreksi atas lemahnya sistem yang mereka miliki.
“Perkiraan ini masuk akal karena kami juga melakukan survei
terhadap para pengemudi transportasi online,” ungkap Jeffrey. “Di 2018, dari
para pengemudi Go-Jek sendiri yang kami survei, 60% di antaranya mengaku pernah
melakukan frauduntuk meningkatkan jumlah order mereka yang akan berpengaruh
pada bonus dan pendapatan harian yang mereka terima.”
Para pengemudi Go-Jek yang pernah melakukan frauditu
mengatakan melakukannya karena menemukan celah yang dapat ditembus dalam sistem
Go-Jek. Caranya, dengan menggunakan aplikasi yang dapatmemodifikasi
lokasi(mod). Di sisi lain, meski pengemudi Grab tak terbebas dari praktik
fraud, namun jumlahnya lebih sedikit, yakni kurang dari 10%.
Para pengemudi Grab mengatakan ketatnya sistem keamanan di
aplikasi Grab dapat mendeteksi adanya praktik nakal para pengemudi dan tegasnya
sanksi yang diberikan oleh manajemen ditengarai mampu menjadi penghalau niat
para pengemudi Grab untuk melakukan tindak kecurangan.Para pengemudi juga
menyatakan bahwa kedua perusahaan berusaha untuk memperbaiki sistem mereka
dalam mendeteksi fraud.
Saat ini, Grab dan Go-Jek sama-sama berkembang pesat, baik
di ranah transportasi onlinemaupun online food delivery, Tanah Air. Akan
tetapi, perhatian khusus harus diberikan terhadap aspek fraud demi menjamin
perkembangan teknologi dan industri yang sehat.
Survei dilakukan terhadap 40 pengemudi dan 280 konsumen
atau pengguna yang dipilih secara acak dalam skala nasional.
Spire Research and Consulting merupakan perusahaan riset
pasar dan konsultasi bisnis global, terutama negara-negara berkembang, yang
didirikan di Singapura pada 2000. Namun, sejak 2016, perusahaan yang memiliki
kantor perwakilan di hampir semua negara Asia Pasifik ini berada di bawah
naungan Yamada Business Consulting Group, Jepang.