APINDO telah mengadakan sosialisasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) tanggal 2 Juli 2012 antara Indonesia dan Uni Eropa di Pontianak di hadapan 300 pengusaha dari seluruh Indonesia.
Pembicara dalam sosialisasi ini antara lain:
- Ketua DPN APINDO Sofjan Wanandi
- Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei Darussalam, dan ASEAN Julian Wilson
- Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Iman Pambagyo
Bagi rekan-rekan yang ingin memperoleh press release acara tersebut, silakan klik link berikut ini:
http://www.facebook.com/notes/apindo-eu-active-project/press-release-sosialisasi-cepa-ri-uni-eropa-pontianak-2-juli-2012/163138997153844
Press Release Sosialisasi CEPA
RI-Uni Eropa, Pontianak, 2 Juli 2012
Pontianak – Kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia
dan Uni Eropa dapat membuka peluang perdagangan dan investasi yang lebih besar
bagi kedua mitra. Namun diperlukan peran aktif dan kesiapan pelaku usaha
nasional untuk menghadapi kemitraan ini. Hal itu mengemuka dalam acara
sosialisasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (Comprehensive Economic
Partnership Agreement/CEPA) Indonesia-Uni Eropa kepada para pelaku usaha dari
seluruh Indonesia di Pontianak, Senin (2/7) lalu. Sosialisasi yang diprakarsai
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) ini adalah langkah awal dalam persiapan
negosiasi CEPA dengan Uni Eropa.
Ketua Dewan Pengurus Nasional APINDO Sofjan Wanandi dalam
sambutannya mengatakan, ada peluang yang sangat besar yang bisa digali dalam
hubungan perdagangan dan investasi dengan Uni Eropa. Sayangnya, tambah Sofjan,
peluang ini belum digali dengan maksimal. “Dalam bidang investasi, misalnya,
investasi Uni Eropa di Malaysia jauh lebih besar daripada di Indonesia, padahal
potensi kita lebih besar. Kita terlalu dininabobokan oleh kekayaan alam yang
melimpah. Sekarang kita mulai merasakan defisit perdagangan. Harga komoditas-komoditas
utama ekspor kita menurun.”
Sofjan menghimbau pengusaha untuk berperan aktif memberikan
masukan kepada pemerintah tentang potensi dan tantangan penerapan CEPA sesuai
dengan kekhususan daerahnya masing-masing. Masukan ini dibutuhkan oleh
pemerintah Indonesia dan Uni Eropa untuk mengetahui hal-hal yang harus
diperhatikan dalam negosiasi CEPA yang rencananya akan dimulai November
mendatang. Dengan adanya masukan dari pelaku usaha sebelum CEPA ditandatangani,
dampak buruk perjanjian perdagangan bebas seperti yang terjadi pada China ASEAN
Free Trade Agreement tidak akan terjadi.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Uni Eropa untuk
Indonesia, Brunei Darussalam, dan ASEAN Julian Wilson memberikan paparan
tentang situasi perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan Uni Eropa. Di
bidang perdagangan, ungkap Julian, Uni Eropa adalah mitra terbesar ketiga bagi
Indonesia. Meskipun Uni Eropa sedang menghadapi krisis ekonomi, ekspor-impor
antara Indonesia dengan Uni Eropa masih tumbuh. Sekarang nilainya mencapai
lebih dari USD 30 miliar. Indonesia sendiri mengalami surplus perdagangan
sebesar USD 8 miliar per tahun. Namun Julian mengingatkan, nilai perdagangan
ini masih lebih kecil dibanding Singapura (USD 65 miliar), Malaysia (USD 45
miliar), atau bahkan Thailand (USD 40 miliar). Uni Eropa sendiri sedang
melakukan diversifikasi ke pasar-pasar baru, tetapi menginginkan dijalinnya
CEPA untuk mengamankan akses jangka panjang ke Uni Eropa.
Dalam bidang investasi, Uni Eropa adalah sumber investasi
terbesar kedua bagi Indonesia. Secara keseluruhan investasi Uni Eropa di
Indonesia meningkat dari EUR 800 juta pada 2006 menjadi sekitar EUR 2,8 miliar
pada 2012. Lebih dari 1.000 perusahaan Uni Eropa di Indonesia mempekerjakan
lebih dari 1 juta orang Indonesia. “Meski demikian, Indonesia baru memperoleh
1,6% dari investasi Uni Eropa di Asia. Malaysia yang jauh lebih kecil mendapat
investasi dua kali lebih besar. Singapura bahkan mendapat investasi Uni Eropa
lima kali lebih besar daripada Indonesia. Keadaan ini bisa diperbaiki melalui
CEPA,” terang Julian.
Menurut Julian, CEPA akan menjadi perjanjian yang
menguntungkan karena perdagangan Indonesia-Uni Eropa bersifat saling
melengkapi, bukan persaingan langsung. Selain itu, CEPA juga akan menciptakan
beberapa keuntungan langsung. Perjanjian ini akan menciptakan ekspor tambahan
sebesar USD 9 miliar, terutama untuk industri ringan dan perlengkapan
transportasi. CEPA juga akan mendorong perekonomian Indonesia dengan
menciptakan PDB tambahan sebesar USD 6,3 miliar.
Julian Wilson juga optimistis bahwa CEPA akan menjadi
perjanjian yang menguntungkan Indonesia dan Uni Eropa. Alasannya, konstruksi
perjanjian ini ditopang juga oleh fasilitasi dan pengembangan kapasitas untuk
menjamin kepentingan Indonesia. Dalam pengembangan kapasitas, dialog-dialog
aktif antara pemerintah dan dunia usaha akan terus dijalin untuk mendiskusikan
peluang dan hambatan dalam CEPA. Kerja sama teknis juga akan dilakukan untuk
menemukan solusi teknis atas masalah-masalah yang ditemui. Selain itu, ada juga
kerja sama keuangan untuk melaksanakan solusi teknis guna memperlancar hubungan
dagang dan investasi.
Sementara itu, Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional
Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo tidak menampik adanya dampak meresahkan
dari China ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA). Iman mengatakan, banyak
pekerjaan rumah belum dilakukan dengan maksimal untuk menyiapkan dunia usaha
dalam menyongsong CAFTA tersebut. Karenanya pemerintah menyambut baik sosialisasi
CEPA yang juga bertujuan untuk mendapat masukan dari pelaku usaha sebagai pihak
yang akan menjadi penerima manfaat utama dari CEPA. Masukan dari pelaku usaha
sangat dibutuhkan pemerintah dalam penyusunan posisi runding.
Iman juga mengingatkan bahwa perundingan CEPA dapat
berkembang menjadi kompleks dengan dimasukkannya isu-isu seperti tarif, sektor
jasa dan investasi, belanja pemerintah, kebijakan persaingan, termasuk isu-isu
sensitif seperti hak kekayaan intelektual, lingkungan, dan tenaga kerja. Tanpa
persiapan yang baik, menurut Iman, hasil perundingan akan bersifat asimetris.
Dalam menyongsong CEPA, Iman Pambagyo berpendapat bahwa pengembangan kapasitas
perlu dilakukan untuk menyiapkan dunia usaha nasional dalam menghadapi
persaingan di pasar domestik dan memanfaatkan pembukaan akses pasar secara
maksimal. “Reformasi dan pengembangan kapasitas adalah kunci keberhasilan
meraih manfaat dari persetujuan ini,” simpul Iman.
Kegiatan sosialisasi CEPA ini merupakan bagian dari kerja
sama antara DPN APINDO dan Uni Eropa di bawah program “Advancing Indonesia’s
Civil Society in Trade and Investment” (ACTIVE). Program ACTIVE mendukung
penguatan kapasitas organisasi masyarakat sipil dalam bidang advokasi
kebijakan, penelitian dan penyebarluasan informasi, serta peningkatan pelayanan
kepada para anggotanya. Program ini juga bertujuan untuk menguatkan peran
organisasi masyarakat sipil dalam meningkatkan kesiapan Indonesia dalam
negosiasi CEPA serta meningkatkan pemahaman dunia usaha Indonesia tentang CEPA
dalam strategi integrasi global. Informasi lebih lanjut mengenai program ACTIVE
dapat diperoleh di:
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan sosialisasi
CEPA antara Indonesia dan Uni Eropa serta implementasi program ACTIVE yang
diselenggarakan oleh APINDO, silakan menghubungi:
Daniel P. Purba
Gd. Permata Kuningan Lt. 10
Jl. Kuningan Mulia Kav. 9C, Guntur-Setiabudi
Jakarta 12980 – Indonesia
Phone: +6221-8378 0824
Fax: +6221-8378 0823, 8378 0746
E-mail: daniel.purba@apindo.or.id
Twitter: @DPN_APINDO
_____________________________________________________________________________
DIPUBLIKASIKAN OLEH LSM YAYASAN PROMO SIJORI. MARI KITA DUKUNG SOSIALISASI BERSAMA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar