Greenpeace: APRIL dan perusahaan pulp Kelompok Royal Golden Eagle adalah ancaman terbesar hutan Indonesia
Jakarta, 28 Januari 2015 – Satu tahun sejak pengumuman
kebijakan barunya tentang perlindungan hutan, Asia Pacific Resources
International Limited (APRIL) kini menjadi ancaman terbesar bagi hutan
hujan Indonesia (1). Setahun lalu, perusahaan ini telah
meluluh-lantakkan puluhan ribu hektar hutan hujan.
Kebijakan APRIL untuk tetap melakukan pembukaan hutan ini
dilakukan demi keberlangsungan pasokan pabriknya yang akan terus
berlanjut hingga tahun 2020, dan mereka tidak berkomitmen untuk
menghentikan pembukaan lahan gambut. Sebaliknya, pesaing utama mereka,
Asia Pulp and Paper (APP), telah menghentikan pembukaan hutan sejak dua
tahun lalu, dan Asian Agri, perusahaan kelapa sawit besar dari kelompok
yang sama yaitu Royal Golden Eagle (RGE), telah berjanji untuk
melindungi lahan gambut dan hutan secara menyeluruh pada akhir September
lalu.
Rencana Pengelolaan Hutan Berkelanjutan yang diluncurkan
oleh APRIL pada 28 Januari 2014, mencakup komitmen untuk hanya membuka
hutan yang tidak bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value -
HCV), yang didasarkan pada penilaian independen yang ditinjau ulang oleh
High Conservation Value Resource Network (2). Namun pada Desember 2014,
laporan dari KPMG sebagaimana yang diminta oleh Stakeholder Advisory
Committee APRIL sendiri, menemukan bahwa tidak satu pun dari 50 konsesi
yang memasok serat kayu untuk APRIL mematuhi kebijakan baru tersebut.
Pada kenyataannya, investigasi yang dilakukan oleh
Greenpeace dan LSM lainnya di Indonesia membenarkan temuan KPMG, yang
memperlihatkan terjadinya pembukaan hutan yang sangat luas dalam rantai
pasok APRIL selama tahun 2014. KPMG menemukan bahwa pada enam bulan
pertama di 2014 saja, pabrik pulp APRIL di Pangkalan Kerinci, Sumatra
telah mengkonsumsi 1,3 juta meter kubik serat kayu dari hutan hujan.
Pada awal November, Greenpeace mendokumentasikan salah satu
dari anak perusahaan APRIL sedang melakukan pembukaan kawasan hutan
gambut dan membuat kanal yang membuat gambut menjadi rawan terbakar di
Pulau Padang, Riau, Sumatra. (3) Banyak hutan di konsesi ini merupakan
gambut yang dalam. Gambut dalam dilindungi oleh Keputusan Presiden, dan
pembukaan hutan di gambut dalam, melanggar regulasi kementerian
kehutanan dan lingkungan hidup (4).
Dibulan yang sama, pada 27 November, Presiden Indonesia
Joko Widodo menyaksikan kehancuran Pulau Padang dari udara. Sementara
secara pribadi, beliau langsung membantu pembendungan kanal, dan
berjanji untuk meninjau ulang dan membatalkan konsesi-konsesi perkebunan
yang merusak gambut (5). Bagaimana pun, meski APRIL berjanji untuk
mengakhiri kehancuran hutan di dalam konsesinya pada Desember 2014,
masyarakat Pulau Padang menyaksikan sendiri perusahaan tersebut membuka
hutan kembali pada Januari 2015.
Sementara itu, analisis satelit menunjukkan bahwa sejak
2014, penyuplai APRIL Adindo Hutani Lestari di Kalimantan Utara juga
telah membuka sekitar 27.000 hektar hutan gambut yang lebat dan wilayah
hutan lainnya, termasuk wilayah yang sebelumnya dipetakan oleh penilai
dari perusahaannya sendiri sebagai wilayah bernilai konservasi tinggi.
Setidaknya 4.500 hektar dari kawasan ini berada di gambut dalam (6).
“Dengan kebijakan hutan yang abu-abu ini, APRIL sengaja
memperpanjang praktik mereka untuk merusak hutan dan gambut. Selama 12
bulan terakhir,, mereka telah merusak hutan sebanyak mungkin yang mereka
bisa. Tetapi upaya pencitraan hijau itu telah gagal, bahkan
konsultannya sendiri mengekspos lambatnya kemajuan dan pengingkaran
janji,” kata Zulfahmi, Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia.“Perusahaan-perusahaan lain telah menyadari bahwa deforestasi harus dihentikan, namun APRIL serta kelompok perusahaan lain yaitu Raja Garuda Mas sepertinya tetap meluluh lantakkan hutan hujan. APRIL, Asia Symbol, Sateri dan Toba Pulp Lestari adalah ancaman terbesar yang dihadapi oleh hutan hujan Indonesia saat ini. Perusahaan yang membeli dari APRIL atau bank seperti Santander dan ABN Amro yang membiayai operasi APRIL, harus mengalihkan bisnis mereka di tempat lain jika mereka tidak ingin dikaitkan dengan penghancuran ini. APRIL harus benar-benar membersihkan seluruh mata rantai produksi mereka dari penghancuran hutan dan gambut,” kata Richard George, Jurukampanye Hutan Global, Greenpeace UK.
Kontak Media:
Zulfahmi, Kepala Tim Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Tel: +628126821214 atau +447405095937
Richard George, Jurukampanye Hutan Global Greenpeace UK, Tel : +44 7879416694
Catatan Editor:
-
Greenpeace telah mempublikasikan laporan singkat atas APRIL untuk para pembeli-pembeli pulp dan kertas dan menganjurkan seluruh perusahaan untuk menghentikan perdagangan dengan APRIL dan perusahaan pulp lainnya di kelompok Raja Garuda Mas samppai Kelompok RGE memiliki kebijakan kuat yang melindungi hutan alam dan gambut. http://www.greenpeace.org.uk/sites/files/gpuk/20150113%20Update%20for%20Customers%20of%20RGE%20Group%20Final.pdf
-
Rencana Pengelolaan Hutan Berkelanjutan APRIL: http://www.greenpeace.org.uk/sites/files/gpuk/20150113%20Update%20for%20Customers%20of%20RGE%20Group%20Final.pdf
-
Foto pengeringan dan pembukaan gambut di Pulau Padang oleh APRIL bisa dilihat di sini: http://www.greenpeace.org.uk/sites/files/gpuk/20150113%20Update%20for%20Customers%20of%20RGE%20Group%20Final.pdf
-
Keputusan Presiden No 32/1990 ttg Pengelolaan Kawasan Lindung; PP No 3/2008 ttg Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan hutan
-
Analisa Peta Greenpeace 2015http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/Peringatan-Setahun-Kebijakan-Hutan-Berkelanjutan-APRIL-Ditandai-dengan-Pelanggaran-Janji/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar