Perayaan
Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN)
Ke 13
17
Maret 2012
Latar Belakang
Pada Kongresnya yang
pertama tanggal 17 Maret 1999 di Hotel Indonesia, Jakarta 13 tahun lalu,
Masyarakat Adat telah menegaskan posisinya terhadap Negara dalam pernyataan
singkat: "Kalau Negara Tidak Mengakui Kami, Kami pun Tidak Mengakui
Negara". Pernyataan ini menunjukkan bahwa hubungan antara Masyarakat Adat
yang ada ratusan atau bahkan ribuan tahun sebelumnya dengan Negara Republik
Indonesia yang didirikan kemudian pada tahun 1945 perlu ditata ulang sesuai
dengan hak bawaan yang bersifat asal-usul bagi Masyarakat Adat. Perubahan pun
mulai bergulir dengan adanya penegasan UUD 1945 hasil amandemen bahwa
‘identitas budaya dan hak-hak tradisional masyarakat adat' merupakan hak azasi
manusia. Dekade I Kebangkitan Masyarakat Adat Dunia diakhiri dengan
disahkananya hak-hak universal MasyarakatAdat oleh Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) dengan di setujuinya United Nations Declaration Right Indigenous Peoples
sebagai konvensi oleh sidang umum PBB, dalam piagam tersebut di atur hak-hak
Masyarakat Adat pada Tanah, Bahasa, Sistem Kehidupan dan hak-hak dasar lainnya
yang seharusnya menjadi acuan bagi seluruh bangsa-bangsa untuk menghormati dan
memenuhinya. Indonesia sebagai salah satu Negara yang ikut menandatangani
deklarasi tersebut, seharusnya sudah menjadikan deklarasi tersebut sebagai
aturan dasar dalam berbagai kebijakannya yang menyangkut Masyarakat Adat di
Indonesia.
KMAN pertama 1999 itu juga telah menjadi
momentum konsolidasi bagi gerakan masyarakat adat di Indonesia, salah satunya
dengan terbentuknya AMAN sebagai wadah organisasi bagi masyarakat adat untuk
menegakkan hak-hak adatnya dan memposisikan dirinya sebagai komponen utama di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih dari 400 pemimpin masyarakat
adat dari seluruh nusantara berkumpul bersama dan menyepakati visi, misi, azas,
garis-garis besar perjuangan dan program kerja masyarakat adat. Dengan landasan
ini AMAN melakukan upaya-upaya pembelaan, perlindungan dan pelayanan untuk anggotanya selama 13 tahun sejak
organisasi ini berdiri. Pada saat itulah masyrakat adat nusantara memperingati
hari bersejarah tersebut sebagai Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara
(HKMAN). Tahun ini, HKMAN akan diperingati untuk yang ke-13 kalinya.
Pelaksanaan
perayaan HKMAN 13 ini berdekatan dengan rencana pelaksanaan Kongres Masyarakat
Adat Nusantara (KMAN) 4, yang akan dilaksanakan pada 19 – 25 April 2012 di
Tobelo, Halmahera Utara. Jarak pelaksanaan 2 kegiatan penting ini sangat
berdekatan, sehingga acara perayaan HKMAN 13 ini diupayakan sebagai bagian yang
tak terpisahkan dengan agenda KMAN 4. Oleh karena itu, perayaan HKMAN 13 akan
dijadikan sebagai kegiatan pra-KMAN 4, dimana dalam pelaksanaannya akan
menampilkan beberapa atraksi budaya.
Tujuan:
1.
Mensosialisasikan
pelaksanaan KMAN 4 ke kalangan media dan publik luas.
2.
Menggalang
dukungan dari berbagai pihak untuk mensukseskan pelaksanaan KMAN 4.
Hasil yang diharapkan
1.
Tersosialisasikannya
informasi-informasi penting terkait pelaksanaan KMAN 4 ke media dan publik
luas.
2.
Adanya
dukungan dari berbagai pihak untuk mensukseskan pelaksanaan KMAN 4
Kegiatan:
Kuliner
Nusantara
Kegiatan
ini akan menyajikan beberapa masakan tradisional yang khas dan mewakili masakan
dari beberapa wilayah. Kegiatan ini bermaksud menjelaskan ke publik tentang
keragaman dan kekayaan masakan nusantara. Seluruh pengunjung akan mencicipi
semua hidangan yang akan disajikan.
Art
Performance
Pertunjukan
seni akana menampilkan Ruwatan Bumi. Ini sebuah tradisi yang dimiliki hampir
semua komunitas adat di nusantara. Kegiatan ini bermaksud untuk menyampaikan ke
publik tentang tradisi dan atau upacara adat dalam pengelolaan hutan.
Seni pertunjukan Ruwatan Bumi
Seni
pertunjukan ini akan menampilkan Wangi Indria, seorang penari topeng ternama
yang punya reputasi internasional. Selain ternama sebagai penari topeng,
perempuan kelahiran Indramayu 10 Agustus 1961 ini juga mahir mendalang wayang
kulit. Sejak 1991, Wangi Indria yang masih energik ini rutin berlatih
mendalang.
Dalang
Wangi Indria akan melakukan ruwatan bumi, yang dihiasi tembang-tembang sinom,
tari dan siraman bumi sebagai simbol seorang ibu yang selalu memberi dan
melestarikan alam sekaligus menolak bala bencana. Hutan adalah sumber
penghidupan bagi sebagian besar masyarakat adat. Sebagai sumber kehidupan,
hutan juga adalah sumber budaya bagi masyarakat adat, sehingga mereka akan
berusaha menjaga dan melestarikan sumber daya hutan-nya.
Upacara “Horja Bius”
(Upacara Adat Batak)
Akan
menampilkan kelompok musik Gondang Batak, Batara Guru. Upacara Horja Bius ini adalah salah satu
kearifan adat Tano Batak terkait dengan tolak bala. Huta atau kampung di
Tano Batak adalah persekutuan masyarakat yang paling kecil yang dibentuk oleh
marga-marga. Mulanya mereka tinggal di kampung induk tetapi karena penduduknya
terus berkembang menyebabkan terbentuk huta-huta yang baru. Untuk mengatur
kepentingan bersama beberapa kampung atau huta membentuk federasi atau
persekutuan yang sifatnya masih terikat satu dengan lainnya. Kumpulan huta
disebut horja.
Perserikatan horja
ini lebih banyak mengurus hal yang berhubungan dengan duniawi. Sedangkan urusan
yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan malapetaka yang
melanda warga seperti wabah penyakit, air bah, kekeringan, masyarakat membentuk
perserikatan yang meliputi kelompok-kelompok semua marga yang ada di wilayah
bencana (gabungan dari horja) disebut bius.
Pada masa lalu,
pesta persembahan kurban (pesta horja bius) dilakukan untuk memohon kepada
dewata supaya tidak terjadi musim kering berkepanjangan, tidak ada paceklik,
tidak ada wabah penyakit. Dalam konteks melestarikan berbagai kearifan adat
tersebut, kelompok musik Gondang Batak Batara Guru akan menyajikan upacara
Horja Bius.
Tarian O’ Hoya
O’Hoya adalah tradisi tari yang melekat dalam
berbagai konteks sosial yang sangat beragam, dari upacara kelahiran sampai
upacara kematian. Tarian ini memperlihatkan gerakan silat dan menggunakan
properti perisai (O’ Dadatoko), pedang panjang (O’ Humaranga), atau menggunakan
tombak (O’Kuama). Ini diperkirakan jauh lebih tua dan khas Maluku. Yang
menarik, tarian ini dilakukan selain oleh laki-laki, juga perempuan, tetapi
bukan dalam konsep tarian berpasangan, melainkan mengiring dan mengikuti di
belakang si penari laki-laki. Dari sisi gerak yang bebas serta iringan musik
yang mampu merangsang gerak, maka tarian ini akan digunakan sebagai musik dan
gerak yang energik dan menarik
Tarian Burung dengan iringan alat musik sapek
Penampil lainnya adalah tarian burung dan
permainan alat musik Sapek. Sapek (sebutan lain: sampek, sampiq)
adalah alat musik dawai pada masyarakat Dayak di Kalimantan, baik di wilayah
negara Indonesia, Malaysia, maupun Brunei. Dari ratusan kelompok masyarakat
(etnis) dan sub-etnis Dayak, sapek paling banyak terdapat di Dayak Kayaan dan
Kenyah. Alatnya tampak seperti gitar, dengan tubuh yang panjang dan leher yang
sangat pendek--mungkin leher alat lute terpendek di dunia.
Sapek
adalah salah satu musik
Dayak yang spesial. Walaupun banyak orang yang bisa main, namun para pemain
yang khusus memiliki teknik yang spesial pula, memiliki cara tersendiri baik
untuk jari-jari tangan kiri (yang berpindah-pindah memainkan nada) maupun
tangan kanannya yang memetik.
Glen Friedly
Puncak pertunjukan seni akan
ditutup oleh penampilan Glen Friedly. Seorang penyanyi papan atas yang juga
inisiator gerakan kebudayaan Vote (Voice from the East). VOTE (Voice From the
East) merupakan sebuah kampanye sosial dengan basis budaya untuk menyuarakan
perdamaian, anti kekerasan, kesejahteraan, pelestarian lingkungan hidup dan
demokratisasi untuk Indonesia Timur.
Pameran
Photo
Kegiatan
ini akan menampilkan photo-photo aktivitas komunitas adat di Nusantara.
Pemutaran
film
Kegiatan
ini akan memutar film tentang kehidupan masyarakat adat dan hutan-nya.
Rencananya, film yang akan diputar adalah Film “Hutanku Meratap” yang pernah
meraih penghargaan dalam festival film dokumenter internasional di Jepang.
Tempat dan Waktu
1.
Tempat
Pelaksanaan kegiatan menyambut 13 Tahun Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) ini akan dilaksanakan di Goethe Institute
2.
Waktu
Seluruh kegian yang merupakan
rangkaian dari Perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) akan dilaksanakan tanggal 17 Maret 2012.
RANCANGAN
RUN DOWN ACARA
(Tentative)
Waktu
|
Kegiatan
|
Tempat
|
17:30
s/d 18:15
|
Konferensi
Pers.
|
Voyage
kantin
|
18:15 s/d 19:00
|
Makan Malam/Kuliner
|
Halaman Goethe
|
19:05 s/d 19:20
|
Performance OHOYA
Sanggar Gumi Gurame
( Tobelo )
|
Pintu Masuk Theater
|
19.20 s/d 19.25
|
Sambutan Sekjen AMAN
Bpk.Abdon Nababan
|
Theater Goethe Haus
|
19.25 s/d 19.30
|
Sambutan Bupati Maluku Utara
Bpk. Ir.Hein Namotemo,MSp
|
Theater Goethe Haus
|
19.30 s/d 19.35
|
Sambutan Ketua Bidang Program Goethe Haus : Bpk.
Frank Warner
|
Theater Goethe Haus
|
19.35 s/d 19.50
|
Performance Wangi
( Dalang
Indramayu)
|
Theater Goethe Haus
|
19.50 s/d 20.00
|
Performance Musik Sape
( Kalimantan )
|
Theater Goethe Haus
|
20.00 s/d 20.20
|
Performance Musik Gondang Batak
( Batara Guru )
|
Theater Goethe Haus
|
20.25 s/d 20.35
|
Pemutaran Film “Hutanku Meratap”
Produksi,Geco Studio
|
Theater Goethe Haus
|
20.35 s/d 20.50
|
Pemutaran Film “Suku Bajau”
Produksi, Yayasan Sejati
|
Theater Goethe Haus
|
20.50 s/d 22.00
|
Performance : GLEN FREDLY
|
Theater Goethe Haus
|
Sekretariat:
Rumah
AMAN
Jl. Tebet Utara II, Blok C No. 22 Jakarta Selatan 12820, Indonesia
Telp/Fax. +62 21 8297954 ; Email : rumahaman@cbn.net.id
Website : www.aman.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar