http://www.asnlf.org/index.php/asnlf-website-melaju/berita-aktual/siaran-pers-06122012/
Siaran Pers
6 Desember 2012
PERINGATAN HUT ACEH MERDEKA YANG KE-36
4 Desember 1976 – 4 Desember 2012
Kru Seumangat, Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, perayaan hari
Pendeklarasian Kembali Kemerdekaan Aceh pada tanggal 4 Desember 2012
yang dikoordinir oleh Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF)
telah berhasil diselenggarakan dengan selamat.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, perayaan ulang tahun Aceh Merdeka
kali ini berhasil dilaksanakan secara global, yakni mencakup berbagai
belahan dunia. Melalui jaringan Perwakilan ASNLF di berbagai negara,
serta melalui kerja sama yang baik dengan masyarakat Aceh di negara yang
bersangkutan, ASNLF sukses memperingati milad AM lintas benua - mulai
dari Kanada sampai dengan Australia.
Kemajuan pesat di tahun pertama setelah pengaktifan kembali organisasi
ASNLF ini, telah membangkitkan kembali semangat juang bangsa Aceh, yang
berusaha dipadamkan dengan berbagai ulah sekelompok orang yang tidak
bertanggung-jawab. Tipu muslihat yang mereka publikasikan untuk
menggagalkan aksi-aksi rakyat dalam menyambut 4 Desember pun telah
berhasil kita lumpuhkan dengan bukti nyata kerja pejuang-pejuang AM di
lapangan. Hasilnya, Bendera Bulan Bintang pun berkibar di berbagai
belahan dunia.
Kerja sama yang solid dari anggota dan pendukung ASNLF di Aceh
khususnya, memang patut mendapatkan pujian. Mulai dari tanggal 1
Desember 2012, bendera Aceh sudah mulai dikibarkan di beberapa tempat di
kawasan Lhokseumawe. Pada hari-hari selanjutnya, bintang bulan berhasil
pula dikibarkan di tempat lainnya seperti di Banda Aceh, Pidie, Ulèë
Glé, Lhokseumawe, Langsa, Meulaboh, dan di berbagai kawasan lainnya di
seluruh Aceh.
Selain kegiatan penaikan Bendera, aktivis-aktivis ASNLF juga melakukan
aksi penempelan stiker bergambarkan burak-singa dan bendera Aceh Merdeka
pada kendaraan-kendaraan bermotor di seputaran kota Banda Aceh.
Kegiatan yang dilakukan dini hari tanggal 4 Desember tersebut
menargetkan mobil-mobil berplat merah (pemerintah) dan juga loreng
(militer), seperti pada kendaraan yang terparkir di Polantas kota Banda
Aceh, Kesdam Iskandar Muda, Hotel Medan, Hotel Madinah, Jembatan RSUZA,
termasuk juga pada kendaraan patroli polisi yang sedang berhenti di
lampu merah simpang Safiatuddin.
Meskipun mendapat ancaman dari polri dan penguasa-penguasa lokal yang
pro-Indonesia melalui publikasi media lokal, aksi-aksi tersebut telah
dilaksanakan dengan sukses sebagai bentuk kebebasan berekspresi
masyarakat. Kebebasan ini lah yang secara nyata telah diinjak-injak
dengan segala macam ancaman yang tidak mengindahkan penerapan hak-hak
azasi manusia. Sebagai contoh, ketua DPW KPA/PA Aceh Barat menyatakan:
“... kalaupun ada memasang bendera bulan bintang, silahkan tembak di
tempat.” Ancaman tersebut merujuk pada ultimatum ketua PA itu sendiri
yang mengharamkan penggunaan bendera bulan bintang dalam aksi peringatan
4 Desember.
Ironisnya, di saat legislatif lokal Aceh sedang berusaha meloloskan
qanun bendera untuk menggunakan bulan bintang sebagai bendera daerah
Aceh, petinggi partai lokal justru mengeluarkan ultimatum-ultimatum yang
melarang rakyat mengekspresikan diri menggunakan bendera yang dimaksud.
Kebijakan kontra-produktif dari penguasa lokal ini jelas-jelas
mencerminkan politik cari muka untuk menyenangkan hati Jakarta saja.
Ultimatum senada juga disampaikan Kapolda Aceh bahwa siapa saja yang
menaikkan bendera bintang bulan akan ditindak. Sebagai tambahan,
pengawalan ketat juga dilakukan oleh gabungan pihak militer dan polisi
Indonesia yang bekerja sama dengan pasukan milisi partai lokal yang
sudah mulai beroperasi sejak tanggal satu Desember. Pengawalan tersebut
dilakukan dengan cara ronda ke pelosok-pelosok kampung untuk menimbulkan
intimidasi di masyarakat dalam mengantisipasi penaikan Bendera Aceh
Merdeka - bulan bintang.
Namun demikian, di tengah ancaman dan penjagaan yang sangat ketat
tersebut, para aktivis kemerdekaan bersikeras mengambil resiko demi
menyampaikan pernyataan sikap dan menyuarakan aspirasi rakyat. Hal ini
membuktikan bahwa bangsa Aceh sudah sadar akan hak-hak mereka, sehingga
kejenuhan rakyat terhadap janji-janji Helsinki dan ketidak-percayaan
mereka terhadap sistem Indonesia yang sedang dijalankan di Aceh
termanifestasikan dalam aksi-aksi yang dimaksud.
Seperti yang telah diberitakan di media massa, juru bicara ASNLF untuk
wilayah Pase, Abu Sumatra, mengutuk tindakan penurunan bendera-bendera
Aceh Merdeka yang telah dilakukan oleh aparat keamanan dan satgas
KPA/PA. Ia menegaskan bahwa penaikan Bintang Bulan tersebut adalah
bentuk pernyataan kepada dunia internasional, “inilah bendera Aceh yang
sebenarnya”. Ia juga menambahkan bahwa aksi tersebut juga merupakan
bentuk kelanjutan perjuangan untuk memerdekakan Aceh dari Indonesia.
Dari luar negeri, dedikasi yang tinggi dari perwakilan ASNLF di Malaysia
juga patut mendapatkan penghargaan istimewa. Sudah lama bangsa Aceh
menanti aksi-aksi baru dari pejuang AM di Malaysia yang sedari dulu
terkenal sebagai salah satu negara basis Aceh Merdeka. Dan pada perayaan
milad kali ini, mereka telah membuktikan bahwa komunitas pejuang di
negara tersebut masih wujud. Dalam kata sambutannya, yang ia dibacakan
secara langsung, ketua perwakilan menghimbau masyarakat Aceh di negara
tersebut untuk bersatu padu dalam memperjuangkan kedaulatan bangsa Aceh
dibawah payung ASNLF, yang telah diaktifkan kembali di Denmark pada
April lalu.
Di Australia, perayaan 4 Desember dipusatkan di sebuah lapangan di kota
Sydney dengan aksi pengibaran bendera Bintang Bulan pada jam 11 di pagi
hari. Penggerekan bendera tersebut diiringi dengan kumandang azan dan
disaksikan oleh sekitar dua puluh orang warga Aceh yang bermukim di
seputar kota Sydney. Pada kesempatan tersebut, ketua ASNLF perwakilan
Australia, yang bertindak sebagai inspektur acara, berkesempatan
menyampaikan amanat ketua presidium ASNLF Pusat. Sedangkan di malam
harinya, telah pula dilakukan do’a samadiah bersama oleh 80 orang
peserta, termasuk kaum hawa berserta anak-anak, yang ditujukan kepada
para syuhada yang gugur memperjuangkan Aceh Merdeka.
Selain itu, kegiatan serupa telah berhasil juga dilaksanakan di
negara-negara lain, seperti di Swedia dan Denmark. Keglobalan perayaan
Hari Pendeklarasian Kembali Kemerdekaan Aceh tahun ini menandakan bahwa
perjuangan bangsa Aceh dalam menuntut kemerdekaan masih terus berlanjut
di berbagai belahan dunia.
Untuk itu, kami dari ASNLF pusat mengucapkan terimakasih banyak kepada
semua bangsa Aceh, khususnya yang berada di Aceh, yang telah mengambil
resiko yang sangat besar demi terlaksananya milad 4 Desember tahun ini.
Penghargaan kami yang setinggi-tinginya juga kami sampaikan kepada
perwakilan-perwakilan ASNLF di luar negeri yang juga telah sukses
mengibarkan alam pusaka di tempat masing-masing.
###
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Madinatul Fajar, Ketua Sekretariat ASNLF
Email: madinatul.fajar@gmail.com
_______________________________________________________
http://acehheadline.com/jubir-asnlf-pasee-mengutuk-atas-penurunan-bendera-bintang-bulan-di-lhoksemawe/
Milad 4 Désèmbèr 2012 uléh ASNLF Sagoë Malaya:
http://www.youtube.com/watch?v=n_LArpd-sso
Milad 4 Désèmbèr 2012 uléh ASNLF Sagoë Swedia:
http://www.youtube.com/watch?v=3BW7qRVM280
Milad 4 Désèmbèr 2012 Uléh ASNLF Sagoë Denmark:
http://www.youtube.com/watch?v=06O0HZGvbuw
74 views Like Add to Share
Published on 4 Dec 2012 by Madinatul Fajar
Kru Seumangat Atjèh Meurdéhka!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar