Rabu, 30 Januari 2019

Persaingan Ketat Dua Raksasa Transportasi Online di Indonesia: Go-Jek vs Grab


Purjono Agus Suhendro, CEO & Editor in Chief of TechnoBusiness Media; Muhammad Rizki Faisal, Assistant Manager of Spire Research and Consulting; Andhika Irawan Saputra, consultant of Spire Research and Consultant; Jeffrey Bahar, Group DeputyCEO of Spire Research and Consulting



Jeffrey Bahar, Group Deputy CEO of Spire Research and Consulting


OVO yang digandeng Grab banyak digunakan sebagai metode pembayaran berbagai layanan onlinedan offline, sedangkan Go-Pay lebih banyak dimanfaatkan untuk fitur-fitur Go-Jek Go-Food memimpin industri online food delivery, sedangkan GrabFood berusaha menyusul dengan cepat Kecurangan (fraud) menjadi isu besar dalam industri ini karena menyebabkan kerugian besar. Berdasarkan studi yang dilakukan Spire Indonesia, diperkirakan 30% dari order Go-Jek terindikasi fraud, sementara Grab sekitar 5%. Hal itu diungkapkan di Jakarta pada diskusi  “Health of Ride-Hailing Platforms and 2019 Outlook.” 


LiputanSatu.Com Jakarta, 30 Januari 2019 - Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 265 juta jiwa pada 2018 berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi pebisnis, terutama di industri transportasi. Sebab, populasi yang sangat besar itu jelas diiringi dengan angka kebutuhan konsumsi dan mobilitas yang tinggi pula.

Itu sebabnya, industri transportasi online(ride-hailing) tumbuh subur akhir-akhir ini. Banyak pemain bermunculan, meskipun saat inihanya dua yang bertahan, yakni Go-Jek,start-up unicornasal Indonesiadan Grab, perusahaan penyedia layanan ride-hailing terbesar di Asia Tenggara.

 Seiring berjalannya waktu, persaingan antara Go-Jek dan Grab semakin sengit. Keduanya saling salip dalam mengembangkan layanan dan meningkatkan kualitasnya. Harapannya, tentu saja ingin memperoleh jumlah pengguna yang lebih banyak daripada pesaing. Namun, pada akhirnya konsumen yang menjadi penentu.

 Spire Research and Consulting, salah satu perusahaan riset terkemuka global yang berpusat di Tokyo, Jepang,belum lama ini melakukan studi terhadap pengemudi dan konsumen untukmencari tahu preferensi terhadap penyedia layanan transportasi online dari berbagai aspek, seperti consumer awareness, frekuensi penggunaan, dan preferensi dalam menggunakan layanan e-money1.

 “Temuan paling menarik dari studi kami adalah adanya kecurangan (fraud)yang cukup besar dan bagaimana pandangan para pengemudi (driver)terhadap hal tersebut,” ungkap Jeffrey Bahar, Group Deputy CEO Spire Research and Consulting, di Jakarta, Rabu (30/1).

Berdasarkan hasil survei “Consumers’Awareness” yang dilakukan Spire Research and Consulting, 75% dan 61% responden menyebutkan bahwa Grab merupakan merek (brand) yang mereka gunakan dalam 6 dan 3 bulan terakhir. Sementara itu, 62% dan 58% responden memilih menggunakan Go-Jek untuk kategori yang sama dalam 6 dan 3 bulan terakhir.

Melihat data tersebut, konsumen lebih banyak menggunakan Grab, setidaknya hingga kuartal 4/2018. Sebanyak 34% pengguna GrabCar, salah satu layanan dari Grab, menyebutkan bahwa mereka menggunakan layanan itu sebanyak 3-4 kali per minggu. Sementara itu, 25% pengguna Go-Car cenderung hanya menggunakan layanan sebanyak 1-2 kali dalam seminggu.

 Di kategori roda dua, Go-Ride masih menjadi pilihan utama pengguna transportasi online. Dari total responden yang memilih Go-Ride, sebanyak 64% menggunakannya hingga 1-2 kali sehari, sedangkan pemilih GrabBike yang menggunakan 1-2 kali dalam sehari ada 58%.

 Untuk layanan online food delivery, Go-Food masih memimpin. Sebanyak 35% responden menyebutkan bahwa Go-Food merupakan layanan yang paling sering mereka gunakan. Sementara 27% responden menyatakan memilih GrabFood.

Tumbuhnya permintaan online food deliverytak lepas dari gencarnya promosi yang dilakukan oleh para penyedia platform pembayaran. Merujuk pada hasil survei, rupanya OVO, aplikasi pembayaran yang digandeng Grab, unggul dalam pembayaran onlinetooffline (O2O), seperti untuk membeli pulsa dan pembayaran di gerai-gerai non-makanan.

Berbeda dengan OVO, Go-Pay, platform pembayaran milik Go-Jek, lebih sering digunakan di pembayaran kedai-kedai makanan-minuman (Go-Food) dan untuk membayar tagihan listrik melalui aplikasi Go-Jek.

Sayangnya, di tengah “gegap-gempitanya” bisnis transportasi online, tindak kecurangan (fraud) pun terjadi. Bahkan, dalam studi yang dilakukan Spire Research and Consulting, fraud di kalangan pengemudi (driver) sudah menjadi rahasia umum.

Fraud menjadi isu tersendiri. Di satu sisi, fraud dapat menyebabkan kerugian bagi penyedia platform transportasi online, di sisi lain juga menjadi koreksi atas lemahnya sistem yang mereka miliki.

 Spire Research and Consulting memperkirakan sebanyak 30% dari order yang diterima Go-Jek terindikasi fraud. Angka itu cukup tinggi jika dibandingkan dengan persentase fraudGrab yang diperkirakan hanya5%. Angka tersebut berdasarkan estimasi jumlah order fraud dibandingkan jumlah total order yang diterima. Ini merupakan masalah sistematis bagi kedua perusahaan dan terutama, permasalahan yang Go-Jek harus segera atasi.

“Perkiraan ini masuk akal karena kami juga melakukan survei terhadap para pengemudi transportasi online,” ungkap Jeffrey. “Di 2018, dari para pengemudi Go-Jek sendiri yang kami survei, 60% di antaranya mengaku pernah melakukan frauduntuk meningkatkan jumlah order mereka yang akan berpengaruh pada bonus dan pendapatan harian yang mereka terima.”

Para pengemudi Go-Jek yang pernah melakukan frauditu mengatakan melakukannya karena menemukan celah yang dapat ditembus dalam sistem Go-Jek. Caranya, dengan menggunakan aplikasi yang dapatmemodifikasi lokasi(mod). Di sisi lain, meski pengemudi Grab tak terbebas dari praktik fraud, namun jumlahnya lebih sedikit, yakni kurang dari 10%.

Para pengemudi Grab mengatakan ketatnya sistem keamanan di aplikasi Grab dapat mendeteksi adanya praktik nakal para pengemudi dan tegasnya sanksi yang diberikan oleh manajemen ditengarai mampu menjadi penghalau niat para pengemudi Grab untuk melakukan tindak kecurangan.Para pengemudi juga menyatakan bahwa kedua perusahaan berusaha untuk memperbaiki sistem mereka dalam mendeteksi fraud.

Saat ini, Grab dan Go-Jek sama-sama berkembang pesat, baik di ranah transportasi onlinemaupun online food delivery, Tanah Air. Akan tetapi, perhatian khusus harus diberikan terhadap aspek fraud demi menjamin perkembangan teknologi dan industri yang sehat.

Survei dilakukan terhadap 40 pengemudi dan 280 konsumen atau pengguna yang dipilih secara acak dalam skala nasional.

 Tentang Spire Research and Consulting:

Spire Research and Consulting merupakan perusahaan riset pasar dan konsultasi bisnis global, terutama negara-negara berkembang, yang didirikan di Singapura pada 2000. Namun, sejak 2016, perusahaan yang memiliki kantor perwakilan di hampir semua negara Asia Pasifik ini berada di bawah naungan Yamada Business Consulting Group, Jepang.




Rabu, 16 Januari 2019

Surat Terbuka untuk Walikota Depok

Walikota Depok Dr. K.H. Mohammad Idris/Depok.go.id

Jakarta , 16 Maret 2018


Yang Terhormat Bapak Dr. KH Mohammad Idris,Walikota Depok,

Di: Depok

Assalamualaikum Warr. Wabb.

Teriring salam hormat kami untuk Bapak Walikota Depok berserta jajarannya. Saya sampaikan, saat ini saya masih ber-KTP Jakarta. Namun saya mengamati dan terjun langsung untuk perkembangan olah raga Catur di Depok. Menurut saya kegiatan tersebut ke depannya dapat meningkatkan sektor investasi dan pariwisata. Masyarakat di Depok juga mulai terlihat proaktif.  Salah satunya saya melihat sendiri bagaimana masyarakat sangat antusias untuk bergotong-royong membangun arena serba guna. Arena Kampus Komunitas Pion 8 yang dipimpin oleh Bapak  S.C.Azwar. Sekretariat di Jalan Mandor Samin No. 86, Cilodong,Depok. 



Kegiatan tersebut mengingatkan  saat kami membangun 22 Cottage Meeting Facilities (Balai Pertemuan Petani). Bagian dari tambahan dari Proyek hibah Pemerintah Australia di Asahan, Sumatera Utara. Berdampingan desa-desanya disekitar PT. Indonesia Asahan Aluminium (PT.Inalum).

Selanjutnya dengan adanya arena olahraga tersebut. Saya ingin mendatangkan teman-teman penulis maupun pemain catur dari Jakarta, Tanggerang dan Bekasi ke Depok. Karena tempat tersebut masih hijau dan dikelilingi oleh rumpun-rumpun bambu yang indah. Disisi lain sebagai mantan staf Ahli di DPD RI, saya telah melakukan wawancara di lokasi tersebut. Saya berkesimpulan Komunitas tersebut sangat memerlukan sentuhan kebijakan Bapak Walikota untuk membantunya. Seperti tambahan plapon dan keramik. Serta jalan lingkungan menuju Masjid yang juga  untuk masyarakat di sekitar arena tersebut. Diperkirakan mereka membutuhkan tambahan 6 (enam) dump truk cor beton.
Demikian disampaikan kepada Bapak Walikota Depok. Terima kasih atas segala perhatian dan dukungan Bapak Walikota Depok yang kami banggakan.

Wassalamualaikum Warr. Wabb.

Salam hormat,

Ruslan Andy Chandra
081294004611
Mantan Staf Ahli DPD RI
Creator Nasional untuk Masyarakat dan Pemerintahan
Penulis di berbagai Media Online dan Medsos
Pemerhati Gerakan Komunitas Indonesia

Rabu, 09 Januari 2019

KESEPAKATAN BIDAKARA TERKAIT MAFIA BOLA

KESEPAKATAN BIDAKARA

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat itu ialah hak asasi segala warga negara yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dan oleh sebab itu maka kami pada hari ini, Rabu tanggal 09 Januari 2019 berkumpul di Hotel Bidakara, Jakarta, guna menggelar diskusi bertema, “Menuju Sepak Bola Bersih, Berprestasi, Tanpa Mafia”, demi mencari solusi atas kondisi persepakbolaan nasional yang saat ini cukup memprihatinkan.

Bahwa memprihatinkannya kondisi persepakbolaan nasional tersebut antara lain ditandai dengan tidak mampunya Tim Nasional Indonesia berprestasi di tingkat Asia Tenggara dan Asia apalagi di tingkat dunia, serta maraknya match fixing atau skandal pengaturan skor sepak bola yang saat ini sedang ditangani Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Kami bersepakat untuk menitipkan suara kepada para pemilik suara PSSI dalam Kongres Tahunan PSSI yang akan digelar dalam waktu dekat ini, sebagai berikut:

1.    Mangusulkan agar Anggota Komite Eksekutif PSSI dan Pengurus PSSI yang menjadi tersangka match fixing segera diberhentikan dengan tidak hormat melalui Kongres Tahunan PSSI 2019.

2.    Mendorong Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola Polri untuk terus memberantas dan mengusut praktik macth fixing secara tuntas dan menyeluruh melalui penegakan hukum adil dan tanpa pandang bulu sesuai prinsip equality before the law (kesetaraan di muka hukum).

Jakarta, 9 Januari 2019


1.    M. Jaelani Saputra, Anggota Komite Eksekutif PSSI DKI Jakarta _______________
2.    Helmi Sukarno, Wakil Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Kalimantan Barat _______________________
3.    Endy Maulidi, Pembiana Asprov PSSI Kepulauan Riau _______________________
4.    Amirul Mukminin, Anggota Komite Eksekutif Asprov PSSI Banten ____________
5.    Edy Syamsu, Ketua Asprov PSSI Lampung _________________________
6.    Sabarudin Labamba, Ketua Asprov PSSI Sulawesi Barat ___________________
7.    Sefrianus I. Nelwan, Direktur Organisasi Asprov Sulawesi Utara _____________
8.    Dedy Permana, Sekretaris Umum Asprov PSSI Jawa Barat _______________
9.    B. Salmon Siagian, Ketua Asosiasi Kota (Askot) PSSI Jakarta Timur ____________
10.              Aven S. Hinelo, Manajer Kreasindo FC ___________________
11.              Esti Puji Lestari, Presiden Persijap Jepara _________________
12.              M. Zaini Yusuf, Presiden Aceh United ______________
13.              Dr. Rahmat Gunadi, Manajer Persika Karawang _______________
14.              Indra Gunawan, Ketua Persiraja ____________
15.              Januar Herwanto, Ketua Madura FC ______________
16.              Maksimus Boi, Sekretaris Umum Persiwa Wamena ______________
17.              Dedi Irawan, Manajer Humas Askot PSSI Depok ________________