(Indscript,
04/05/2013)
Pernahkah
terbayang dalam benak, jika suatu saat penggunaan media digital dalam proses
belajar-mengajar, berkembang lebih jauh daripada sekedar sebagai alat bantu
mengajar?
Media
digital memiliki kelenturan nyaris tak terbatas. Penggunaannya bisa dirancang
sedemikian rupa sesuai dengan tujuan serta kreatifitas pemakainya. Untuk dunia
pendidikan, media seperti ini adalah aset yang sangat berharga. Terutama karena
pendidikan ditujukan untuk menghasilkan SDM berkualitas.
Menurut
Razi Thalib, CEO dari Bridges &
Balloons Digital Agency, pendidikan adalah salah satu kunci untuk
menghasilkan sebuah masyarakat yang memiliki standar tinggi dalam suatu
pencapaian. “Masyarakat seperti itu yang akan membentuk kultur baru yang lebih sophisticated.
Sebuah kultur yang menghendaki kualitas terbaik dalam segala hal; baik itu
dalam hal bisnis, pemerintahan, maupun penyediaan layanan masyarakat,” ujarnya.
Pria
kelahiran tahun 1980 ini mengatakan lebih lanjut, bahwa media digital dapat
dikembangkan menjadi sarana untuk mempermudah manajemen sekolah. Misalnya,
sekolah dapat merancang sistem digital yang memungkinkan siswa dan guru mengisi
buku absen secara online; yang digabung dengan sistem pengecekan, agar orangtua
bisa tahu apakah anaknya bolos atau tidak. Atau misalnya, sekolah menyediakan
sistem akses yang membuat siswa dan orangtua bisa mendapatkan catatan rapor dan
aktifitas mereka setiap saat tanpa harus datang ke sekolah dan menjalani prosedur
rumit.
“Itu
akan menghemat banyak waktu serta praktis dalam hal manajemennya. Juga
memudahkan pihak sekolah maupun orangtua untuk segera mengambil langkah jika
menemukan ada kecenderungan prestasi siswa menurun, atau ada masalah lain yang
mengganggu interaksi mereka di sekolah,” ungkap Razi, yang menjadikan utak-atik
media digital sebagai salah satu hal yang sangat digemarinya.
Sekolah
juga dapat mengembangkan media digital sebagai sarana menumbuhkan sikap kritis
serta memperluas akses informasi dan ilmu pengetahuan bagi siswanya. “Sekarang
ini, hampir setiap siswa boleh dibilang dapat menggunakan internet. Namun
apakah itu sudah dibarengi dengan tumbuhnya sikap kritis atau pengetahuan
tentang bagaimana mengolah informasi? Saya yakin belum sepenuhnya ke arah
situ,” ujar Razi lagi.
Para
birokrat, guru, dan orangtua perlu mulai memberi ruang yang cukup bagi siswa.
Sebab selama ini, ada kecenderungan para pengambil kebijakan dan pelaksana
masih berusaha mempertahankan status quo; dengan menghambat akses informasi
atau mengangkat orang-orang yang kualifikasinya dipertanyakan. Juga masih lazim
terjadi, mereka tidak memperkenankan adanya kritik yang muncul dari siswa dan
menutup pintu dialog. Padahal justru kedua hal itu sangat penting untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
“Mau tidak mau, dengan berkembangnya
dunia digital serta kemudahan akses internet, siswa akan mendapatkan apapun
yang mereka mau; termasuk jenis informasi yang destruktif. Jadi, mereka perlu
mendapat input tentang itu dari pihak sekolah dan orangtua. Bukalah kesempatan
seluasnya bagi siswa untuk bertanya, mencoba, dan mengembangkan kemampuan
nalarnya. Jelaskan dengan logika dan standar moral secara umum; serta hindari
reaksi yang dogmatis, seperti melarang tanpa penjelasan tuntas. Gunakan media
digital untuk mempermudah proses belajar – mengajar, dan membantu siswa
mendapatkan informasi yang relevan serta melakukan riset untuk tugas sekolah
mereka,” ujar Razi.
*****
Indscript Personal Branding
www.indscriptcreative.com - 28D248C8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar