Jakarta- Meskipun besaran budget untuk pangan terus meningkat, hal ini
bertolak belakang dengan kondisi pangan Indonesia yang semakin rentan.
Kedaulatan pangan masih jauh dari terwujud. Budget untuk pangan lebih
sering jatuh ke pihak yang tidak berhak, dan hanya menguntungkan
sekelompok orang. Demikian catatan Aliansi untuk Desa Sejahtera
mengingatkan agar pemerintah menerapkan budget pangan yang berkedaulatan
pada 2014 mendatang (28/5/2013).
”Banyak keanehan bahkan
kesesaatan dalam proses menterjemahkan Rencana Kerja Jangka Panjang
(RKJP) dan Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) menjadi proyek-proyek
yang tidak saling berkaitan untuk mendukung kedaulatan pangan.” Jelas
Tejo Wahyu Jatmiko, Koordinator Nasional ADS. Salah satunya target untuk
perluasan lahan pangan sebesar 2 juta ha, tetapi terus mengeluarkan
ijin bagi alih fungsi lahan pangan. “Tidak heran rencana perluasan
malah defisit 50.000 ha pertahunnya.” Tambah Tejo.
Hal ini
terjadi karena penyusunan budget anggaran tidak berorientasi untuk
mewujudkan kedaulatan pangan tetapi lebih merupakan proses tawar menawar
antara partai politik dan pihak-pihak yang memburu rente semata. Proses
pembahasan anggaran memiliki ruang untuk dibajak oleh mereka yang
mempunyai akses termasuk partai politik.
Said Abdullah,
Koordinator Pokja Beras menunjukkan ketidak seriusan mewujudkan
kedaulatan pangan dari situasi semakin derasnya impor pangan. “Jika
tahun 80 an Indonesia dikenal sebagai negera yang mampu swasembada
pangan bahkan menjadi eksportir beberapa bahan pangan kini situasinya
sangat terbalik. Data BPS menunjukkan dari tahun ke tahun rasio
ekspor-impor produk pertanian semakin besar. Volume dan nilai impor
terus bertambah sementara ekspor terus menurun.” Papar Said.
Padahal
menyediakan pangan yang terjangkau oleh masyarakat dan menyediakannya
sendiri menjadi hal penting untuk melihat apakah pemerintah memiliki
paradigma untuk memperkuat sistem pangannya. “Tidak heran kalau target
swasembada beberapa produk pangan, diantaranya daging sapi akhirnya
menjadi sumber pendanaan partai, karena produsen pangan kecil kita tidak
menjadi fokus untuk memperkuat sistem pangan bangsa.” Tambahnya lagi.
Kekacauan
yang sama terjadi dalam sektor perikanan. Meskipun menyebut sebagai
negara Maritim, tetapi budget yang dialokasikan tidak lah seimbang,
hanya 7 Trilyun rupiah di tahun 2013. Abdul Halim, Pokja Ikan ADS
memaparkan hampir tidak ada dukungan kepada para nelayan kecil, yang
menyediakan 70% kebutuhan ikan bangsa ini. “Mirisnya, nelayan
tradisional tidak mendapatkan subsidi meski anggaran BBM bersubsidi
meningkat. Padahal, harga BBM merupakan komponen terbesar saat melaut,
antara 60-70 persen. Tidak heran keluarga nelayan tradisional kita
sulitnya untuk hidup sejahtera.”
Program dan pendanaan bagi
nelayan juga tidak sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi
nelayan di wilayahnya. “Pemerintah seperti tidak mengenal siapa
nelayannya, dan apa yang dibutuhkan, akibatnya sudah anggaran di sektor
perikanan kecil penerima manfaat nya pun tidak pas.
Achmad
Surambo, ketua Pokja Sawit ADS melihat berbagai hal yang terjadi di
sektor-sektor pangan dan pengabaian terhadap kebutuhan para produsen
pangan kecil menunjukkan tidak adanya keberpihakan pemerintah dan juga
paradigma pemerintah yang masih menganggap pangan sebagai ”barang
dagangan semata”. ”Jangan kan berkedaulatan pangan, bagaimana memenuhi
pangannya saja lebih memberikan ruang dan insentif bagi para investor
dibandingkan penghasil pangan skala kecil yang sejak dulu sudah
menghasilkan pangan”. Kritiknya.
Penentuan formulasi yang
tepat dalam penentuan anggaran adalah mengenai keadilan, khususnya bagi
para produsen pangan skala kecil. Jika hanya melihat budget pangan dari
besaran saja, kita akan terkecoh menganggap pemerintah sudah memberikan
jaminan bagi para produsen pangannya. ”Sebab itu mendesak kepada
pemerintah dan DPR agar proses penyusunan anggaran difokuskan pada
kebutuhan para produsen pangan skala kecil, dan untuk membangun sistem
pangan yang berdaulat.”Tegas Tejo.Tanpa itu, anggaran pangan hanya jadi
rebutan para pencari keuntungan semata, sementara sebagian besar rakyat
tetap kelaparan.
Informasi lebih lanjut:
Tejo Wahyu Jatmiko, Koordinator Nasional Aliansi untuk Desa Sejahtera (0816-1856754)
Said Abdullah, Koordinator Pokja Beras ADS-KRKP (0813-82151413)
Abdul Halim, Koordinator Pokja Ikan/Sekjen KIARA (0815-53100259)
A.Surambo, Koordinator Pokja Sawit ADS (0812-8748726)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar