Jumat, 30 Januari 2015

Peringatan Setahun Kebijakan Hutan Berkelanjutan APRIL Ditandai dengan Pelanggaran Janji

Siaran Pers - 28 Januari, 2015
Greenpeace: APRIL dan perusahaan pulp Kelompok Royal Golden Eagle adalah ancaman terbesar hutan Indonesia 
 
Jakarta, 28 Januari 2015 – Satu tahun sejak pengumuman kebijakan barunya tentang perlindungan hutan, Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) kini menjadi ancaman terbesar bagi hutan hujan Indonesia (1). Setahun lalu, perusahaan ini telah meluluh-lantakkan puluhan ribu hektar hutan hujan.
Kebijakan APRIL untuk tetap melakukan pembukaan hutan ini dilakukan demi  keberlangsungan pasokan pabriknya yang  akan terus berlanjut hingga tahun 2020, dan mereka tidak berkomitmen untuk menghentikan pembukaan lahan gambut. Sebaliknya, pesaing utama mereka, Asia Pulp and Paper (APP), telah menghentikan pembukaan hutan sejak dua tahun lalu, dan Asian Agri, perusahaan kelapa sawit besar dari kelompok yang sama yaitu Royal Golden Eagle (RGE), telah berjanji untuk melindungi lahan gambut dan hutan secara menyeluruh pada akhir September lalu.
Rencana Pengelolaan Hutan Berkelanjutan yang diluncurkan oleh APRIL pada 28 Januari 2014,  mencakup komitmen untuk hanya membuka hutan yang tidak bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value - HCV), yang didasarkan pada penilaian independen yang ditinjau ulang oleh High Conservation Value Resource Network (2). Namun pada Desember 2014, laporan dari KPMG sebagaimana yang diminta oleh Stakeholder Advisory Committee APRIL sendiri, menemukan bahwa tidak satu pun dari 50 konsesi yang memasok serat kayu untuk APRIL mematuhi kebijakan baru tersebut.
Pada kenyataannya, investigasi yang dilakukan oleh Greenpeace dan LSM lainnya di Indonesia membenarkan temuan KPMG, yang memperlihatkan terjadinya pembukaan hutan yang sangat luas dalam rantai pasok APRIL  selama tahun 2014. KPMG menemukan bahwa pada enam bulan pertama di 2014 saja, pabrik pulp APRIL di Pangkalan Kerinci, Sumatra telah mengkonsumsi 1,3 juta meter kubik serat kayu dari hutan hujan.
Pada awal November, Greenpeace mendokumentasikan salah satu dari anak perusahaan APRIL sedang melakukan  pembukaan kawasan hutan gambut  dan membuat kanal yang membuat gambut menjadi rawan terbakar di Pulau Padang, Riau, Sumatra. (3) Banyak hutan di konsesi ini merupakan gambut yang dalam. Gambut dalam dilindungi oleh Keputusan Presiden, dan pembukaan hutan di gambut dalam, melanggar regulasi kementerian kehutanan dan lingkungan hidup (4).
Dibulan yang sama, pada 27 November, Presiden Indonesia Joko Widodo menyaksikan kehancuran Pulau Padang dari udara. Sementara secara pribadi, beliau langsung membantu pembendungan kanal, dan berjanji untuk meninjau ulang dan membatalkan konsesi-konsesi perkebunan yang  merusak gambut (5). Bagaimana pun, meski APRIL berjanji untuk mengakhiri kehancuran hutan di dalam konsesinya pada Desember 2014, masyarakat Pulau Padang menyaksikan sendiri perusahaan tersebut membuka hutan kembali pada Januari 2015.
Sementara itu, analisis satelit menunjukkan bahwa sejak 2014, penyuplai APRIL Adindo Hutani Lestari di Kalimantan Utara juga telah membuka sekitar 27.000 hektar hutan gambut yang lebat dan wilayah hutan lainnya, termasuk wilayah yang sebelumnya dipetakan oleh penilai dari perusahaannya sendiri sebagai wilayah bernilai konservasi tinggi. Setidaknya 4.500 hektar dari kawasan ini berada di gambut dalam (6).
 “Dengan kebijakan hutan yang abu-abu ini, APRIL sengaja memperpanjang praktik mereka untuk merusak hutan dan gambut. Selama 12 bulan terakhir,, mereka telah merusak hutan sebanyak mungkin yang mereka bisa. Tetapi upaya pencitraan hijau itu telah gagal, bahkan konsultannya sendiri mengekspos lambatnya kemajuan dan pengingkaran janji,” kata Zulfahmi, Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia.
 “Perusahaan-perusahaan lain telah menyadari bahwa deforestasi harus dihentikan, namun APRIL serta kelompok perusahaan lain yaitu Raja Garuda Mas sepertinya tetap meluluh lantakkan hutan hujan. APRIL, Asia Symbol, Sateri dan Toba Pulp Lestari adalah ancaman terbesar yang dihadapi oleh hutan hujan Indonesia saat ini. Perusahaan yang membeli dari APRIL atau bank seperti Santander dan ABN Amro yang membiayai operasi APRIL, harus mengalihkan bisnis mereka di tempat lain jika mereka tidak ingin dikaitkan dengan penghancuran ini. APRIL harus benar-benar membersihkan seluruh mata rantai produksi mereka dari penghancuran hutan dan gambut,” kata Richard George, Jurukampanye Hutan Global, Greenpeace UK.

Kontak Media:
Zulfahmi, Kepala Tim Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Tel: +628126821214 atau +447405095937
Richard George, Jurukampanye Hutan Global Greenpeace UK, Tel : +44 7879416694
Catatan Editor:
  1. Greenpeace telah mempublikasikan laporan singkat atas APRIL untuk para pembeli-pembeli pulp dan kertas dan menganjurkan seluruh perusahaan untuk menghentikan perdagangan dengan APRIL dan perusahaan pulp lainnya di kelompok Raja Garuda Mas samppai Kelompok RGE memiliki kebijakan kuat yang melindungi hutan alam dan gambut. http://www.greenpeace.org.uk/sites/files/gpuk/20150113%20Update%20for%20Customers%20of%20RGE%20Group%20Final.pdf
  2. Foto pengeringan dan pembukaan gambut di Pulau Padang oleh APRIL bisa dilihat di sini: http://www.greenpeace.org.uk/sites/files/gpuk/20150113%20Update%20for%20Customers%20of%20RGE%20Group%20Final.pdf
  3. Keputusan Presiden No 32/1990 ttg Pengelolaan Kawasan Lindung; PP No 3/2008 ttg Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan hutan
  4. Analisa Peta Greenpeace 2015

     http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/Peringatan-Setahun-Kebijakan-Hutan-Berkelanjutan-APRIL-Ditandai-dengan-Pelanggaran-Janji/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar