Kamis, 27 Maret 2014

Kerangka Acuan Kegiatan Diskusi Jurnalis “Menyoal Perspektif Perempuan dan Media dalam Pemilu 2014" Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta


Latar Belakang
Media memainkan peranan penting dalam memberitakan calon legislatif perempuan dalam pesta demokrasi 2014. Di sini, pemberitaan media akan menjadi bingkai yang bisa mempertegas keterlibatan perempuan, mendorong partisipasi perempuan, bahkan juga bisa menjadi sarana komunikasi politik para caleg perempuan. Namun tak menutup kemungkinan terjadi sebaliknya, bingkai media dapat memburamkan atau mengalihkan fokus dari substansi program caleg perempuan itu sendiri. Kerap terjadi pula bias pemberitaan yang lebih mengangkat penampilan fisik caleg perempuan ketimbang apa yang ia suarakan.

Peran media dalam menyoroti caleg perempuan akan vital di pemilu kali ini. Seperti diketahui, batasan minimum 30% keterwakilan perempuan dalam partai politik seketika mendongkrak jumlah calon legislatif perempuan pada Pemilu 2014. Menurut catatan KPU, kali ini jumlah caleg perempuan mencapai rekor terbanyak dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya.  Tercatat 2.467 caleg perempuan atau 37% dari total 6.707 caleg yang memperebutkan kursi DPR tahun ini. Angka tersebut naik 7% jika dibandingkan dengan Pemilu 2009.

Kita berharap kenaikan jumlah caleg perempuan dapat mendongkrak keterlibatan perempuan dalam pesta demokrasi itu sendiri, baik sebagai caleg maupun sebagai pemilih.  Namun harapan paling utamanya tetap adalah penguatan representasi perempuan di parlemen nantinya. Dus, suara untuk memperjuangkan regulasi yang menyuarakan kepentingan perempuan, anak-anak, dan kesetaraan gender akan bisa lebih lantang.

Sementara saat ini, Pemilu 2009 silam menghasilkan 18% anggota DPR perempuan dari total 560 anggota.  Namun menurut riset Perludem berjudul Peta Politik Perempuan dalam Pemilu 2014, sebanyak 25% dari jumlah tersebut merupakan figur populer, dan 41% tak lain adalah pewaris atau anggota dinasti politik. Peta ini sebenarnya bisa berbunyi lain jika pada periode sekarang DPR berhasil mengegolkan legislasi yang berpihak pada kesetaraan gender.

Kenyataannya, sejumlah regulasi penting masih belum berhasil diperjuangkan, seperti rencana UU Kesetaraan dan Keadilan Gender, amandemen UU Perkawinan, dan revisi UU Perlindungan dan Penempatan TKI di luar negeri. Di luar itu, makin banyak peraturan daerah kontroversial yang mendiskriminasikan perempuan dan kelompok minoritas.

Agar representasi perempuan menjadi lebih baik dalam parlemen yang akan datang, tak hanya kuantitas tapi juga kualitas para caleg perempuan yang harus diperhatikan. Masalah kuota 30% keterwakilan perempuan di partai acap menjadi topik hangat di media. Satu bingkai yang kerap muncul adalah soal partai yang asal mencomot caleg perempuan hanya demi memenuhi kuota, tanpa menimbang kualitasnya. Kaderisasi dan pendidikan politik bagi caleg perempuan juga disebut minim.

Kurangnya kualitas caleg perempuan lebih sering menjadi sorotan pemberitaan. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Gumelar pernah menyampaikan protesnya soal ini, "Tak semua caleg perempuan miskin potensi. Ada juga caleg laki-laki yang tidak potensial. Tapi kenapa perempuan yang selalu diangkat?" Di bingkai yang lain, media juga sering mengupas penampilan fisik caleg, popularitasnya, hingga kehidupan pribadi terutama untuk para caleg perempuan selebritis sebagai latarnya.

Apa yang sebenarnya terjadi di lapangan? Apa saja bingkai media dalam memberitakan caleg perempuan? Kenapa media memberitakannya seperti itu? Konteks seperti apa yang perlu dipahami dalam memberitakan masalah minimnya representasi perempuan di parlemen dan pemilu? Bagaimana cara menghindari bias gender pemberitaan ketika meliput soal caleg perempuan?  Pertanyaan-pertanyaan ini akan menjadi diskusi terbuka bersama para pembicara dalam diskusi "Menyoal Perspektif Perempuan dan Media dalam Pemilu 2014?" yang diadakan Divisi Perempuan AJI Jakarta menyambut Pemilu 2014.

Narasumber
1. Fransisca Ria Susanti (Redaktur Eksekutif Sinar Harapan). Topik bahasan: Perempuan menjadi caleg, bias media versus kualitas caleg  
2. Lia Wulandari (Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi - Perludem). Topik bahasan: Bagaimana caleg perempuan memposisikan diri dalam media dan memanfaatkan media sebagai sarana komunikasi politik
3. Mike Verawati (Koalisi Perempuan Indonesia, Koordinator Pokja Reformasi Kebijakan). Topik bahasan: Upaya dan hambatan peningkatan kualitas caleg perempuan

Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari                       : Jumat
Tanggal                : 28 Maret 2014
Waktu                  : Pukul 14.30 WIB – Selesai
Tempat                : Ruang Rapat Gedung Dewan Pers Lt.7, Jl. Kebon Sirih No. 32-34 Jakarta Pusat
Tema                    : Diskusi Bersama "Media Membingkai Caleg Perempuan"

Kontak
Kustiah
Koordinator Divisi Perempuan AJI Jakarta
Hp: 08170565654

Annisa
Sekretariat AJI Jakarta
021-7984105
 
-------------------------------------------
AJI Jakarta
Jl. Kalibata Timur IVG No.10
Kalibata, Jakarta Selatan 12740
Telp./Faks. (021) 798 4105
t: @AJI_JAKARTA
-------------------------------------------
__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Mailing list:
http://groups.yahoo.com/group/MEDIACARE/

Group @ FB:
http://www.facebook.com/groups/MEDIACARE/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar