Rabu, 14 Maret 2012

Perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) Ke 13


Perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) Ke 13

17 Maret 2012


Latar Belakang

Pada Kongresnya yang pertama tanggal 17 Maret 1999 di Hotel Indonesia, Jakarta 13 tahun lalu, Masyarakat Adat telah menegaskan posisinya terhadap Negara dalam pernyataan singkat: "Kalau Negara Tidak Mengakui Kami, Kami pun Tidak Mengakui Negara". Pernyataan ini menunjukkan bahwa hubungan antara Masyarakat Adat yang ada ratusan atau bahkan ribuan tahun sebelumnya dengan Negara Republik Indonesia yang didirikan kemudian pada tahun 1945 perlu ditata ulang sesuai dengan hak bawaan yang bersifat asal-usul bagi Masyarakat Adat. Perubahan pun mulai bergulir dengan adanya penegasan UUD 1945 hasil amandemen bahwa ‘identitas budaya dan hak-hak tradisional masyarakat adat' merupakan hak azasi manusia. Dekade I Kebangkitan Masyarakat Adat Dunia diakhiri dengan disahkananya hak-hak universal MasyarakatAdat oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dengan di setujuinya United Nations Declaration Right Indigenous Peoples sebagai konvensi oleh sidang umum PBB, dalam piagam tersebut di atur hak-hak Masyarakat Adat pada Tanah, Bahasa, Sistem Kehidupan dan hak-hak dasar lainnya yang seharusnya menjadi acuan bagi seluruh bangsa-bangsa untuk menghormati dan memenuhinya. Indonesia sebagai salah satu Negara yang ikut menandatangani deklarasi tersebut, seharusnya sudah menjadikan deklarasi tersebut sebagai aturan dasar dalam berbagai kebijakannya yang menyangkut Masyarakat Adat di Indonesia.

KMAN pertama 1999 itu juga telah menjadi momentum konsolidasi bagi gerakan masyarakat adat di Indonesia, salah satunya dengan terbentuknya AMAN sebagai wadah organisasi bagi masyarakat adat untuk menegakkan hak-hak adatnya dan memposisikan dirinya sebagai komponen utama di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih dari 400 pemimpin masyarakat adat dari seluruh nusantara berkumpul bersama dan menyepakati visi, misi, azas, garis-garis besar perjuangan dan program kerja masyarakat adat. Dengan landasan ini AMAN melakukan upaya-upaya pembelaan, perlindungan dan pelayanan  untuk anggotanya selama 13 tahun sejak organisasi ini berdiri. Pada saat itulah masyrakat adat nusantara memperingati hari bersejarah tersebut sebagai Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN). Tahun ini, HKMAN akan diperingati untuk yang ke-13 kalinya.

Pelaksanaan perayaan HKMAN 13 ini berdekatan dengan rencana pelaksanaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) 4, yang akan dilaksanakan pada 19 – 25 April 2012 di Tobelo, Halmahera Utara. Jarak pelaksanaan 2 kegiatan penting ini sangat berdekatan, sehingga acara perayaan HKMAN 13 ini diupayakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan agenda KMAN 4. Oleh karena itu, perayaan HKMAN 13 akan dijadikan sebagai kegiatan pra-KMAN 4, dimana dalam pelaksanaannya akan menampilkan beberapa atraksi budaya.


Tujuan:
1.       Mensosialisasikan pelaksanaan KMAN 4 ke kalangan media dan publik luas.
2.       Menggalang dukungan dari berbagai pihak untuk mensukseskan pelaksanaan KMAN 4.

Hasil yang diharapkan
1.       Tersosialisasikannya informasi-informasi penting terkait pelaksanaan KMAN 4 ke media dan publik luas.
2.       Adanya dukungan dari berbagai pihak untuk mensukseskan pelaksanaan KMAN 4


Kegiatan:

Kuliner Nusantara 
Kegiatan ini akan menyajikan beberapa masakan tradisional yang khas dan mewakili masakan dari beberapa wilayah. Kegiatan ini bermaksud menjelaskan ke publik tentang keragaman dan kekayaan masakan nusantara. Seluruh pengunjung akan mencicipi semua hidangan yang akan disajikan.

Art Performance
Pertunjukan seni akana menampilkan Ruwatan Bumi. Ini sebuah tradisi yang dimiliki hampir semua komunitas adat di nusantara. Kegiatan ini bermaksud untuk menyampaikan ke publik tentang tradisi dan atau upacara adat dalam pengelolaan hutan.

Seni pertunjukan Ruwatan Bumi
Seni pertunjukan ini akan menampilkan Wangi Indria, seorang penari topeng ternama yang punya reputasi internasional. Selain ternama sebagai penari topeng, perempuan kelahiran Indramayu 10 Agustus 1961 ini juga mahir mendalang wayang kulit. Sejak 1991, Wangi Indria yang masih energik ini rutin berlatih mendalang.

Dalang Wangi Indria akan melakukan ruwatan bumi, yang dihiasi tembang-tembang sinom, tari dan siraman bumi sebagai simbol seorang ibu yang selalu memberi dan melestarikan alam sekaligus menolak bala bencana. Hutan adalah sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat adat. Sebagai sumber kehidupan, hutan juga adalah sumber budaya bagi masyarakat adat, sehingga mereka akan berusaha menjaga dan melestarikan sumber daya hutan-nya.

Upacara “Horja Bius” (Upacara Adat Batak)
Akan menampilkan kelompok musik Gondang Batak, Batara Guru. Upacara Horja Bius ini adalah salah satu kearifan adat Tano Batak terkait dengan tolak bala. Huta atau kampung di Tano Batak adalah persekutuan masyarakat yang paling kecil yang dibentuk oleh marga-marga. Mulanya mereka tinggal di kampung induk tetapi karena penduduknya terus berkembang menyebabkan terbentuk huta-huta yang baru. Untuk mengatur kepentingan bersama beberapa kampung atau huta membentuk federasi atau persekutuan yang sifatnya masih terikat satu dengan lainnya. Kumpulan huta disebut horja.

Perserikatan horja ini lebih banyak mengurus hal yang berhubungan dengan duniawi. Sedangkan urusan yang berhubungan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan malapetaka yang melanda warga seperti wabah penyakit, air bah, kekeringan, masyarakat membentuk perserikatan yang meliputi kelompok-kelompok semua marga yang ada di wilayah bencana (gabungan dari horja) disebut bius.

Pada masa lalu, pesta persembahan kurban (pesta horja bius) dilakukan untuk memohon kepada dewata supaya tidak terjadi musim kering berkepanjangan, tidak ada paceklik, tidak ada wabah penyakit. Dalam konteks melestarikan berbagai kearifan adat tersebut, kelompok musik Gondang Batak Batara Guru akan menyajikan upacara Horja Bius.

Tarian O’ Hoya
O’Hoya adalah tradisi tari yang melekat dalam berbagai konteks sosial yang sangat beragam, dari upacara kelahiran sampai upacara kematian. Tarian ini memperlihatkan gerakan silat dan menggunakan properti perisai (O’ Dadatoko), pedang panjang (O’ Humaranga), atau menggunakan tombak (O’Kuama). Ini diperkirakan jauh lebih tua dan khas Maluku. Yang menarik, tarian ini dilakukan selain oleh laki-laki, juga perempuan, tetapi bukan dalam konsep tarian berpasangan, melainkan mengiring dan mengikuti di belakang si penari laki-laki. Dari sisi gerak yang bebas serta iringan musik yang mampu merangsang gerak, maka tarian ini akan digunakan sebagai musik dan gerak yang energik dan menarik

Tarian Burung dengan iringan alat musik sapek
Penampil lainnya adalah tarian burung dan permainan alat musik Sapek. Sapek (sebutan lain: sampek, sampiq) adalah alat musik dawai pada masyarakat Dayak di Kalimantan, baik di wilayah negara Indonesia, Malaysia, maupun Brunei. Dari ratusan kelompok masyarakat (etnis) dan sub-etnis Dayak, sapek paling banyak terdapat di Dayak Kayaan dan Kenyah. Alatnya tampak seperti gitar, dengan tubuh yang panjang dan leher yang sangat pendek--mungkin leher alat lute terpendek di dunia.

Sapek adalah salah satu musik Dayak yang spesial. Walaupun banyak orang yang bisa main, namun para pemain yang khusus memiliki teknik yang spesial pula, memiliki cara tersendiri baik untuk jari-jari tangan kiri (yang berpindah-pindah memainkan nada) maupun tangan kanannya yang memetik.

Glen Friedly
Puncak pertunjukan seni akan ditutup oleh penampilan Glen Friedly. Seorang penyanyi papan atas yang juga inisiator gerakan kebudayaan Vote (Voice from the East). VOTE (Voice From the East) merupakan sebuah kampanye sosial dengan basis budaya untuk menyuarakan perdamaian, anti kekerasan, kesejahteraan, pelestarian lingkungan hidup dan demokratisasi untuk Indonesia Timur.

Pameran Photo
Kegiatan ini akan menampilkan photo-photo aktivitas komunitas adat di Nusantara.

Pemutaran film
Kegiatan ini akan memutar film tentang kehidupan masyarakat adat dan hutan-nya. Rencananya, film yang akan diputar adalah Film “Hutanku Meratap” yang pernah meraih penghargaan dalam festival film dokumenter internasional di Jepang.

Tempat dan Waktu
1.     Tempat
Pelaksanaan kegiatan menyambut 13 Tahun Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) ini akan dilaksanakan di Goethe Institute

2.      Waktu
Seluruh kegian yang merupakan rangkaian dari Perayaan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN) akan dilaksanakan tanggal 17 Maret 2012.


RANCANGAN RUN DOWN ACARA
(Tentative)

Waktu
Kegiatan
Tempat
17:30 s/d 18:15
Konferensi Pers.                                                   
Voyage kantin
18:15 s/d 19:00
Makan Malam/Kuliner
Halaman Goethe

19:05 s/d 19:20
Performance OHOYA
Sanggar Gumi Gurame
( Tobelo )
Pintu Masuk Theater

19.20 s/d 19.25
Sambutan Sekjen AMAN
Bpk.Abdon Nababan
Theater Goethe Haus
19.25 s/d 19.30
Sambutan Bupati Maluku Utara
Bpk. Ir.Hein Namotemo,MSp
Theater Goethe Haus
19.30 s/d 19.35
Sambutan Ketua Bidang Program Goethe Haus : Bpk. Frank Warner
Theater Goethe Haus
19.35 s/d 19.50
Performance Wangi
 ( Dalang Indramayu)
Theater Goethe Haus
19.50 s/d 20.00
Performance Musik Sape
( Kalimantan )
Theater Goethe Haus
20.00 s/d 20.20
Performance Musik Gondang Batak
( Batara Guru )
Theater Goethe Haus
20.25 s/d 20.35
Pemutaran Film “Hutanku Meratap”
Produksi,Geco Studio
Theater Goethe Haus
20.35 s/d 20.50
Pemutaran Film “Suku Bajau”
Produksi, Yayasan Sejati
Theater Goethe Haus
20.50 s/d 22.00
Performance : GLEN FREDLY
Theater Goethe Haus


Sekretariat:
Rumah AMAN
Jl. Tebet Utara II, Blok C No. 22 Jakarta Selatan 12820, Indonesia Telp/Fax. +62 21 8297954 ; Email : rumahaman@cbn.net.id Website : www.aman.or.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar