Selasa, 28 Mei 2013

L#45: Cara Berpikir Seorang Pemimpin

 
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
 
Berapa kali Anda sudah punya atasan selama karir Anda? Jika sudah berkali-kali punya atasan, Anda punya kesempatan untuk membandingkan atasan yang bagus dan yang biasa-biasa saja kan? Ada loh atasan yang benar-benar bagus. Dan ada pula atasan yang yach…. begitulah. Atasan yang ada atau tidaknya beliau itu sama sekali nggak ngaruh. Malah, situasi jadi makin runyam kalau beliau ada dikantor kan? Beda sekali dengan  atasan yang bagus. Kehadirannya selalu membuat suasana kerja semakin mengasyikkan. Dan ketidakhadirannya, membuat kita rindu. Anda punya atasan seperti itu? Asyik banget ya. Terus, apa sih yang menentukan bagus atau tidaknya seorang atasan?
 
Coba perhatikan lagi. Atasan itu kan tidak harus mengerjakan pekerjaan kasar seperti anak buahnya ya? Gampangnya, pekerjaan fisik atasan selalu lebih sedikit dari anak buahnya. Tapi kok gaji atasan lebih besar? Fasilitasnya lebih banyak? Gengsinya lebih tinggi?  Kok bisa begitu? Bisa dong. Kan seseorang diangkat menjadi atasan itu bukan untuk melakukan hal-hal yang bisa ditangani oleh posisi dibawahnya. Semakin tinggi jabatannya, semakin sedikit tugas-tugas teknisnya. Namun semakin besar peran strategisnya. Nah, soal tugas teknis itu kan jelas berkaitan dengan kerja fisik. Kalau fungsi strategis? Bukan dengan fisik. Melainkan dengan ‘daya pikir’ intelektualitasnya.
 
Artinya, kalau Anda dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi maka Anda diharapkan untuk lebih banyak menggunakan daya pikir demi kemajuan unit kerja yang Anda pimpin, maupun kinerja perusahaan secara umum. Jika Anda sudah menduduki jabatan yang tinggi tapi daya pikir Anda masih seperti ketika Anda menduduki jabatan sebelumnya, maka itu artinya Anda tidak menjalankan kepercayaan yang Anda dapatkan. Ingatlah bahwa pada posisi yang semakin tinggi, porsi kerja fisik kita semakin sedikit. Porsi kerja pikiran kita yang bertambah banyak.
 
“Lha kok jadi ribet banget ya? Kan kita punya target-target yang diberikan oleh perusahaan. Yang penting kan target tercapai. Selesai.” Mungkin Anda berpikir demikian. Tak apa-apa sih. Soalnya, banyak juga pemimpin atau atasan berjabatan tinggi lainnya juga berpikiran seperti itu. Tak masalah. Asal Anda tahu saja bahwa cara berpikir seperti itu bukanlah cara berpikir seorang pemimpin. Jika kita masih mengira atau berprinsip ‘yang penting semua pekerjaan selesai’, atau ‘yang penting target tercapai’, maka kita ini masih memainkan peran sebagai seorang ‘pelaksana’. Pemeran pembantu aja, kalau dalam sebuah film. Kita belum menjadi seorang penentu arah perkembangan dan pertumbuhan unit kerja yang kita pimpin. Kita baru sekedar ‘memenuhi’ apa yang diinginkan oleh perusahaan atau board of director. Kita, belum menjadi pemeran utama dalam film karir ini.
 
“Hlo, tapi saya ini kan boss hebat. Selama ini baik-baik saja tuch. Pokoknya, selama target tercapai; posisi kita aman. Dan dalam rapat board of directors, kita nggak bakal dicecar dengan pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan.” Benar juga. Banyak kok boss yang masih berprinsip seperti itu. Boleh saja sih, jika Anda pun berpendapat demikian. Tapi, cobalah diingat kembali; apa sih bedanya antara manager dengan leader? Banyak bedanya. Antara lain dari cara berpikir dan bekerjanya. Seorang boss yang hanya fokus pada pencapaian target dan angka-angka yang diminta oleh BOD; bagus? Bagus banget. Tapi dia baru sampai mengelola orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai target itu. Untuk peran mengelola orang itu, dia mendapatkan gelar ‘manager’. Why? Because. He has been succefully managing his people. Obviously, he is a good manager.
 
Tapi jika orang itu berhasil mencapai target-targetnya dengan baik. Dan. Ada ‘dan’-nya loh. Dan dia juga mempunyai visi yang jelas untuk mengembangkan unit kerjanya BEYOND tuntutan angka-angka itu, maka dia bukan sekedar mengelola. Jika dia terus menerus merangsang daya pikirnya untuk menghasilkan strategy-strategy pengembangan unit kerjanya. Mendorong pertumbuhan kualitas pribadi, kinerja maupun karir anak buahnya. Senantiasa datang dengan ide-ide cemerlang yang diusulkan kepada top management. Maka. Orang seperti ini bukan hanya sekedar menjadi pengelola. Dia bukan sekedar seorang manager. Melainkan seorang leader. Why? Because. He is not just working on delivering what others wanted him to do. Instead, he is striving to convince top management or higher levels to follow the direction of the business as he proposed them to consider. He is. A true leader.
 
Beda banget kan?
Saya tahulah. Anda sudah sering diskusi soal; apa sih bedanya manager dengan leader? Banyak teori yang muncul. Makin ‘pinter’ orang yang menjelaskannya, makin ribet teorinya. Untungnya, saya ini bukan orang pinter. Jadi, sesederhana itu saja saya memahami bedanya manager dengan leader. Anda boleh setuju atau tidak. Buat saya. Buat team Anda. Dan buat perusahaan Anda. Tidak terlampau penting. Anda setuju atau tidak, silakan saja. Yang penting buat kami sekarang adalah; apakah sebagai seorang atasan Anda itu hanya berjibaku dengan target-target yang Anda terima dari top management saja? Ataukah, Anda sudah melampaui tuntutan-tuntutan standard itu?
 
Jadi sahabatku, itulah yang menentukan; apakah Anda itu seorang atasan yang bagus. Atau yang biasa-biasa saja. Apakah Anda sudah termasuk atasan yang bagus? Jika belum, mari mulai sekarang. Dan kita, bisa mulai dengan memperbaiki cara berpikir kita. Kemudian mendayagunakan kemampuan intelektual kita, untuk memikirkan hal-hal yang lebih strategis. Bisa? Insya Allah. Bisa jika Anda melakukannya dengan sepenuh kesungguhan. Buktikan sendiri saja.
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
Author, Trainer, and Professional Public Speaker
0812 19899 737 or Ms. Vivi at 0812 1040 3327
PIN BB DeKa : 2A495F1D
 
Catatan Kaki:
Ciri seorang pemimpin yang bagus antara lain adalah; dia tidak mau sekedar melakukan apa yang diperintahkan board of directors kepadanya. Sebaliknya, justru dia menawarkan berbagai macam gagasan untuk membawa perusahaan ini kepada pencapaian yang jauh lebih baik lagi.
 
Ingin mendapatkan kiriman “L (= Leaderism)” secara rutin langsung dari Dadang Kadarusman?  Kunjungi dan bergabung di http://finance.groups.yahoo.com/group/NatIn/
 
Silakan teruskan kepada orang lain jika Anda nilai artikel ini bermanfaat. Dan tetaplah mengingat bahwa; Anda tidak perlu mengklaim sesuatu yang bukan karya tulis Anda sendiri. Meskipun Anda sudah berbuat baik, namun Tuhan; belum tentu suka tindakan itu (Natin & The Cubicle).
 
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
Dare to invite Dadang to speak for your company
Call him @ 0812 19899 737 or
Ms. Vivi @ 0812 1040 3327

Tidak ada komentar:

Posting Komentar